CARA BERTANAM DI LAHAN SEMPIT
Semakin meningkatnya jumlah penduduk, semakin meningkat pula kebutuhan akan pangan, sandang dan tempat tinggal. Dengan meningkatnya berbagai hal itu, menyebabkan lahan pertanian maupun lahan-lahan yang belum digunakan dialihfungsikan menjadi pemukiman, industri sampai perkantoran dan pusat bisnis. Lahan-lahan penduduk yang awalnya luas, karena adanya percepatan pertumbuhan keadannya semakin menyempit. Sudah jarang orang yang memiliki pekarangan yang luas. Apalagi masyarakat perkotaan, terkadang untuk menaruh satu buah pot saja tidak muat lahannya.
Untuk menyikapi dan mengatasi masalah tersebut, tidaklah perlu dikuatirkan. Sekarang (maksudnya sudah lama) diperkenalkan suatu metode bercocok tanam yang merupakan pemanfaatan lahan sempit terutama di kota-kota. Di desa pun, hal ini bisa dilakukan, terutama sebagai upaya untuk intensifikasi dan diferensiasi pertanian. Bisa juga dilakukan sebagai hobi, untuk penyejuk mata dan hati juga bisa. Metode yang dilakukan adalah dengan Vertikultur, yakni, cara bercocok tanam secara vertikal. Bisa dilakukan dengan menggunakan/membuat semacam rak bersusun sebagai tempat meletakkan tanaman. Bisa juga menggunakan kaleng bekas, peralon, bambu, dsb.
Untuk peletakan tanaman, hendaknya disusun berdasar kebutuhan cahaya dan jenis tanaman. tanaman yang membutuhkan cahaya relatif banyak, hendaknya ditempatkan paling atas, dilanjutkan peletakan tanaman yang kurang suka cahaya di bawahnya, bawahnya hingga paling dasar. Jenis tanaman yang bisa ditanam menggunakan vertikultur ini beragam, bisa tanaman sayur maupun hias, tanaman obat, atau bisa juga kombinasi tanaman sayur, obat dan hias.
model vertikultur yang ditempel di dinding
model vertikultur menggunakan bambu
model vertikultur menggunakan tong/drum
Setelah solusi satu ada, mungkin akan muncul pertanyaan lainnya. Kalau kamu tidak punya lahan, alias didindingnya saja menempel, bagaimana bisa menanam? Suatu pertanyaan yang pernah muncul dari teman saya. Akan saya jawab. Biasanya bila tinggal di rumah susun atau di perumahan begitu, terkadang memang tidak ada lahan yang tersisa. Tetap ada solusinya. Kalau di rumah susun, biasanya masih ada ruang kecil di balkon kan? nah, itu bisa digunakan untuk menanam. metodenya sama kayak tadi, ditempel atau digantung. Lantas, bila sudah tidak ada lahan, namun rumah sudah punya sendiri, maka tidak perlu takut untuk menanam tanaman di atap rumah. Dengan memodifikasi atap rumah dari yang landai, maka bisa dibuat agak datar. memang sedikit aneh bila mendengar cara bercocok tanam di atap, namun hal ini sudah banyak dilakukan di luar negeri. Tidak ada salahnya menanam di atap kan?
Baguskan???? Selain menghemat lahan, hal ini juga bisa digunakan sebagai langkah penyelamatan lingkungan, penyamaran rumah dari atas, dsbnya. Pertanyaan selanjutnya, apa tidak mersak atap? Tentu tidak. Tergantung cara kita bertanamnya juga. Agar atap tidak rusak, hendaknya pilih wadah menanam yang kedap air, atau lapisi bawah pot atau polibag dengan semacam terpal atau buatlah penampung air sisa penyiraman yang keluar dari pot atau polibag. Untuk efisiensi penggunaan air, sisa air yang keluar tadi bisa digunakan berulang untuk penyiraman. Hemat air kan? Save the earth lagi.
Kemudian, bagaimana dengan media tanamnya, kan tidak punya tanah? Jawabannya mudah. Kalau tidak punya tanah, bisa beli di tukang/penjual tanaman hias. Pupuk dan hormon-hormon atau vitamin bisa juga dibeli di toko-toko pertanian. Benih tanaman sekalian juga bisa dibel di sana. Tapi, agar pengeluaran bisa minim, media tanam bisa juga dibuat sendiri. Bahannya adalah dari sisa-sisa sampah dapur seperti sayuran atau buah yang tidak dimakan. Untuk pupuknya juga sama, hanya cara membuatnya berbeda. Kalau untuk media tanam, cukup sayuran atau buah itu diperam dalam plastik tertutup tanpa dikasih air yang berlebih, maka sampah-sampah itu akan membusuk dan berubah menjadi kompos. Biasanya bisa digunakan bila sudah 3-4 minggu. Untuk pupuk, sayuran atau buah itu dihancurkan, dicampur dengan air tajin atau air cucian beras, ditambahkan 1 sendok gula dimasukkan dalam botol tertutup, maka setelah 3 minggu bisa menjadi pupuk. Penggunaan pupuk cukup satu tutup dilarutkan dalam 2-3 gelas air. Pupuk yang dibuatpun punya manfaat lain. Selain untuk pupuk, bisa juga digunakan sebagai hormon karena kandungan mikroorganisme yang baik bagi tanaman. Selain itu juga bisa juga digunakan untuk kloset, sehingga tidak perlu menguras wc. hehehehe, serba guna kan?
Untuk wadah tanamnya, tidak perlu membeli atau banyak membeli karena barang-barang yang ada di sekitar kita bsa digunakan, misalnya kaleng bekas susu/biskuit, kaleng bekas cat, permen, toples plastik bekas, toples wadah sabun, jeli, ember bekas, bahkan botol bekas minuman juga bisa digunakan. Bahkan plastik wadah minyak, sabun, atau pembalut juga bisa digunakan. Tidak ada sampah yang tidak berguna sebenarnya. Bukan bermaksud vulgar, tapi memang kenyataannya demikian. Saya sebagai penulis sudah pernah menggunaakan barang-barang bekas itu untuk menanam. toples nastar di dapur, kaleng biskuit, plastik kemasan minyak, botol bekas, ember bekas, bola bocor (punya adik dibocorin dulu, terus dibolong sekalian buat wadah tanam..., hihihi. Licik), plastik kemasan pembalut juga (sekarang kan banyak pembalut yang kemasannya sulit terdegradasi alias tebel lah, makanya tak gunain wat nanem, kagak usah malu, adanya malah sombong), itung-itung tpa biar gak penuh, sama itu tu, pemulung biar kagak kecapean lah, baik kan?hihihi.
Oh ya, masih ada ni. model bercocok tanam yang pengen tak kemukain. Namanya Hidroponik. Hidroponik
merupakan cara bertanam yang tidak menggunakan tanah sebagai medianya. Hidroponik
telah menjadi alternatif populer bagi pertanian di tengah semakin menyempinya
lahan akibat desakan perumahan dan industri. Hidroponik sendiri asal bahasanya
dari Yunani, hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Merupakan
sebuah metode penumbuhan tanaman yang menggunakan nutrisi mineral dalam air dan
tanpa tanah.
Metode hidroponik
memungkinkan tanaman di tanam di tempat-tempat yang mustahil untuk ditanami,
misalnya saja di tumpukan batu, pasir, karang, dll. model tanamnya macem2 juga, ada yang pake listrik, ada juga yang enggak. ada yang sederhana, ada yang rumit. ada yang di dalam ruangan alias screen, ada yang di lapang/ luar ruangan. Yang jelas, metode Hidoponik ini gak pake tanah, Eh, pake juga bisa ding. Yang jelasnya lagi, sebenarnya metode ini adalah metode dg pengelolaan penggunaan air untuk budidaya tanaman. Jadi, airnya yang dikelola atau diatur penggunaannya. gituuuuuuuuuu....
hidroponik di dalam screen ini
ternyata petani jauh banget kan dari kesan kotor? ni buktinya. walaupun ini masih di luar negeri (hongkong/taiwan) tapi itu bisa menepis anggapan petani sebagai kelas bawah kan?
yang paling bawah adalah hidroponik statis model wadah air minum ayam. hasil magang ini.
magang semester 7 nie, waktu tahun 2011, masih imut gitu...,
sekian dulu deh, moga ada manfaatnya, kalau enggak yang penting bisa ngakak deh. kalau gak ngakak juga g papa. hihihi..